Urgensi Madrasah Mualaf

 

Oleh :

Ahmad Abdul Wahab, S.Pd.

 

Hidayah itu sangat mahal harganya. Bahkan bisa dikatakan tidak ternilai. Sebab, hidayah adalah ranah Ilahi. Termasuk untuk para mualaf yaitu orang-orang yang imannya belum kukuh karena baru masuk Islam. Ada perjalanan spiritual yang panjang dan tentu beraneka ragam latar yang membelakangi.

Menjadi muslim tentu sangat mudah. Cukup meyakini bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam serta Muhammad adalah utusan-Nya maka orang tersebut bisa dilabeli “muslim”.

Namun, perjalanan para mualaf tidak sebatas mengucap kalimat syahadat saja. Justru, perjuangan sebenarnya adalah pasca dua kalimat tersebut diucapkan. Para penerima hidayah Allah tersebut butuh bimbingan dan pendampingan agar bisa mempelajari agama Islam secara menyeluruh.

Dan itu menjadi tantangan tersendiri bagi penggerak Islam di wilayah pesisir Jepara seperti di Desa Bondo dan Desa Karanggondang dimana Islam dan Kristen sama-sama mendominasi. Ada sebuah konvergensi, yaitu baik yang keluar islam dan memilih menjadi muslim bisa dikatakan berimbang.

Hal yang perlu digaris bawahi adalah faktor utama perpindahan keyakinan tersebut adalah perkawinan. Bukan akibat kejenuhan atau kerancuan terhadap keyakinan sebelumnya. Akibatnya, mualaf sebatas sebutan saja mengingat tujuan akhir adalah legalitas dalam pernikahan.

Meskipun demikian, harus diakui bahwa layanan kebutuhan (agama) mualaf sangat minim. Pengenalan Islam terbatas dengan Tauhid atau tema-tema besar lainnya. Sedangkan tata cara yang pokok seperti bersuci dan praktik shalat secara detail tidak tersampaikan dengan baik. Bantuan agar bisa membaca atau melafalkan bacaan sholat juga tidak terjamah oleh mereka. Disisi lain, mayoritas mualaf di wilayah pesisir adalah berasal dari kaum abangan sehingga cenderung pasif dan apatis. Maka dari itu perlu adanya wadah sebagai media belajar untuk saling berkomunikasi atau berinteraksi terkait apa itu Islam.

Sebab, peribadatan dalam Islam sudah diatur sedemikian ketat. Dan perlu disampaikan secara gamblang oleh orang yang betul-betul paham agama plus harus berlandaskan ajaran Ahlussunnah Waljamaah. Lebih lanjut, urgensi pendirian Madrasah Mualaf adalah untuk memfasilitasi tanya jawab secara langsung tanpa canggung.

Lebih dari itu, gagasan ini juga merupakan langkah konkret sebagai tindakan preventif akan pemahaman agama secara serampangan. Terlebih apabila pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait Islam dirujukkan kepada google dan  youtube yang notabene lebih banyak dikelola oleh kaum radikal.   

Forum Terbatas

 Salah satu mengapa paham Islam diluar Nahdlatul Ulama bisa berkembang pesat adalah karena solidaritas tinggi diantara pengikutnya. Rasa persaudaraan diantara mereka dipraktikkan secara langsung dimulai dari langkah-langkah kecil. Pendampingan secara terus menerus baik secara materiil dan morel. Alhasil mereka yang menjadi objek merasa diperhatikan secara berlebih.  Apresiasi dan respek yang luar biasa mereka dapatkan. Dan itu tidak didapatkan dari individu-individu muslim mayoritas. Akhirnya, mereka keluar dan fanatik terhadap ajaran non Ahlussunnah Waljamaah.

Disisi lain, pengajian atau kajian keagamaan dilakukan di forum terbatas dan tersebar di banyak titik. Sehingga maksud dan tujuan tersalurkan secara efektif dan efisien.

Langkah copy paste seperti itulah yang hendak ditiru dan dikaji dengan berdirinya Madrasah Mualaf. Madrasah tersebut diharapkan menjadi media ruang gerak sebebes-bebasnya bagi para mualaf untuk mendalami Islam; menjadikan agama sebagai solusi hidup; dan sarana untuk membumikan Islam yang moderat.

Jangan sampai mualaf yang telah diberikan hidayah oleh Allah goyah dan salah arah hanya karena kita tidak sigap dan antisipatif terhadap keinginan dan kebutuhan para mualaf itu sendiri.

Pertanyaanya, lebih mudharat mana: tetap berIslam namun dengan aqidah yang salah atau merelakan saja mereka kembali murtad?

Komentari Tulisan Ini